The Callisto Protocol, game survival horor dari mantan developer Dead Space akan siap dirilis dalam 5 hari lagi. Dikembangkan sebagai spiritual successor dari game lama mereka selama berada di Visceral Games, The Callisto Protocol pertahankan semua elemen yang fans Dead Space rindukan tetapi dengan semesta baru yang sempat ingin disangkut pautkan dengan semesta PUBG sebelum akhirnya dibatalkan.

Spesifikasi PC The Callisto Protocol Telah Diumumkan

Game terlihat atmosferik dan mengerikan, tetapi akan lebih seram lagi apabila kamu berencana untuk mainkan game ini di PC tetapi tidak miliki spesifikasi PC yang mencukupi. Developer The Striking Distance Studios telah merilis spesifikasi PC yang diperlukan untuk dapat jalankan game horor terbaru ini. Bagi kamu pemilik setia dari GTX 1060 atau RX 580, jangan khawatir karena game ini diprediksi masih dapat jalankan game ini mesti pada pengaturan visual terendah.

Baca Juga :
Jual Saldo Paypal
Jual Beli Saldo Paypal
Saldo Paypal Terpercaya

Berikut ialah spesifikasi PC dari The Callisto Protocol:

Spesifikasi PC The Callisto Protocol Minimum

OS: Windows 10/11
Processor: Intel® Core™ i5-8400 or AMD Ryzen™ 5 2600
Memory: 8 GB RAM
Graphics: NVIDIA® GeForce® GTX 1060 or AMD Radeon™ RX 580
DirectX: Version 11
Storage: 75 GB available space
Note: Requires a 64-bit processor and operating system

Spesifikasi PC The Callisto Protocol Rekomendasi

OS: Windows 10/11
Processor: Intel® Core™ i7-8700 or AMD Ryzen™ 5 3600
Memory: 16 GB RAM
Graphics: NVIDIA® GeForce® GTX 1070 or AMD Radeon™ RX 5700
DirectX: Version 12
Storage: 75 GB available space
Additional Notes: SSD recommended, and requires a 64-bit processor and operating system
Apakah PC-mu sudah mencukupi untuk dapat jalankan teror di luar angkasa terbaru dari developer Dead Space tersebut?

Kembalinya Genre Survivor Horor

Menariknya selain dari game ini yang dimaksudkan sebagai penerus spiritual dari Dead Space, EA juga tengah kembangkan game terbaru dari franchise tersebut meski dalam bentuk remake game pertama yang tengah dikembangkan oleh Motive Studio yang dikenal sebagai developer dari Star Wars: Squadron dan komponen single-player dari Star Wars: Battlefront II.

Baca juga :
Jasa Pbn Premium
Jasa Pbn Berkualitas
Jasa Pbn

Selain dari game ini berserta Dead Space Remake, beberapa game survivor horror produksi studio besar lainnya juga dalam pengembangan mulai dari Resident Evil 4 Remake, Alan Wake 2, Silent Hill 2 Remake, Silent Hill F, Outlast Trial juga dalam pengembangan dan ditargetkan rilis pada tahun 2023 mendatang. Maka kamu yang penggemar dari horor sangat akan dimanjakan tahun depan apabila jadwal rilis tidak ada perubahan.

Era zaman konsol PS1 dan PS2 disebut menjadi masa keemasan oleh para penikmat game bergenre JRPG saat itu. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya game JRPG yang ikonik bermunculan di dua konsol tersebut mulai dari akhir 90-an sampai awal tahun 2000-an. Sayangnya, nggak semua JRPG yang rilis pada era emas tersebut punya kejelasan nasib dari franchise-nya sendiri nih, brott. Salah satunya yaitu seri Legend of Legaia.

Kalau kamu lihat langsung gameplay-nya, kamu bisa jadi pernah memainkan game satu ini, brott! Tapi, wajar saja kalau tidak banyak yang tahu tentang game ini. Grafisnya yang kalah menarik dari game-game di kelasnya membuat gamers cenderung untuk memainkan game lain ataupun melupakannya.

Game pertama Legend of Legaia rilis pada tahun 1999 dan Legend of Legaia 2: Duel Saga tahun 2001 pada region Amerika Utara, serial ini bisa dibilang kalah bersaing dengan JRPG lain di rentang tahun tersebut. Salah satu contoh gampangnya, yaitu Final Fantasy VIII (1999), Final Fantasy IX (2000), dan Final Fantasy X (2001) mungkin lebih menarik bagi para gamers. Apalagi grafis 3D mereka yang sudah memasuki kelas advanced pada masanya.

Atau bahkan gamers lebih memilih game dengan grafis 2D yang lebih memanjakan mata seperti Breath of Fire III (1998) atau Grandia (1999). Hal serupa mungkin juga terjadi di kalangan gamers Indonesia. Walaupun penulis justru berspekulasi bahwa kurangnya popularitas game ini menentukan aksesibilitasnya di toko game dan jasa rental PS tanah air pada saat itu.

Baca Juga :
Jual Saldo Paypal
Jual Beli Saldo Paypal
Saldo Paypal Terpercaya

Legend of Legaia, Game JRPG Underrated Terbaik yang Termakan Zaman

Dalam artikel kali ini, penulis akan sajikan alasan-alasan mengapa series ini bisa termakan zaman di era bangkitnya JRPG melalui tren remake dan remaster. Poin-poin dalam artikel ini merupakan sudut pandang penulis sebagai gamer berdasarkan kumpulan informasi yang didapatkan terkait seri Legend of Legaia yang mulai jarang diperbincangkan.

Yuk, kita mulai saja pembahasannya!

1. Legaia 2: Duel Saga Tidak Diakui sebagai Sekuel oleh Penulis Utama

Dikembangkan oleh dua studio internal milik PlayStation, Contrail dan Prokion, seri Legend of Legaia hanya bertahan dengan dua game saja, yaitu Legend of Legaia dan Legaia 2: Duel Saga. Walau sama-sama rilis dengan judul utama Legaia, keduanya tidak menunjukkan ketersinambungan plot dan cerita. Sehingga, Legaia 2: Duel Saga tidak bisa dibilang sebagai sekuel dari game pertamanya.

Dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan melalui buku The Untold History of Japanese Game Developers Vol. 3 oleh John Sczepaniak, Hidenori Shibao sang penulis utama Legend of Legaia menyatakan bahwa game kedua dari serial ini tidak ‘dirasakan’ sebagai sekuel. Shibao juga sudah nggak ada campur tangan dalam pembuatan game kedua tersebut, brott.

Legend of Legaia mulanya diproduksi oleh Contrail dan Prokion, lalu diterbitkan oleh PlayStation. Namun, pengembangan Legaia 2: Duel Saga ternyata hanya melibatkan Prokion. Shibao juga bercerita melalui buku tersebut kalau dia diinstruksikan untuk hengkang dari proses pengembangan game kedua.

Jelas saja, Shibao merasa tidak pas dengan game kedua sebagai sekuel karena tidak mendapat arahan langsung oleh beliau yang sejatinya merupakan kreator dari lore Legaia. Beliau juga menyatakan kalau studio pengembang Legaia 2 tidak sepenuhnya mengerti aspek-aspek penting dari game pertama yang seharusnya dihadirkan kembali pada game kedua.

Sebagai player, kamu juga bakal menyadari perubahan-perubahan antara game pertama dan dengan kedua.

2. Grafis yang Kalah Menarik di Zamannya

Seperti yang penulis singgung di awal, mungkin para gamer lebih memilih game dengan grafis 3D atau bahkan 2D yang lebih enak dipandang. Pasalnya, teknologi grafis low-poly kalah talak dengan tipe grafis yang lain. Low-poly memberikan kesan yang sungguh “jadul” di mata para gamer yang terbiasa dengan grafis 3D polygon yang jauh lebih apik.

Berbeda dengan pixel art, sayangnya low-poly hampir tidak diakui sebagai estetika sendiri dalam industri game. Perusahaan game banyak yang mempertahankan kualitas pixel art dalam melakukan remake atau remaster pada game lama, seperti Final Fantasy 1-6 Pixel Remaster, Live a Live, Tactics Ogre: Reborn, dan Suikoden I & II HD Remaster yang akan rilis di 2023.

Baca juga :
Jasa Pbn Premium
Jasa Pbn Berkualitas
Jasa Pbn

Hal tersebut dilakukan karena pixel art memiliki fandom yang besar dengan minat yang tinggi terhadap game berbasis pixel. Pixel art sendiri dianggap sebagai grafis yang timeless alias tidak termakan oleh zaman, sedangkan low-poly tidak.

Walaupun game low-poly memberikan sensasi nostalgia, industri game justru lebih memilih untuk merombak ulang grafis low-poly menjadi grafis HD. Hal ini dapat ditemui melalui rilisnya game-game remake atau rendition dari game lama seperti Final Fantasy VII Remake, Tomb Raider (2013), dan Silent Hill 2 remake yang diumumkan Oktober lalu.

Tak hanya untuk PS5, God of War Ragnarok cukup sopan dengan hadir di PS4 agar para fans yang belum memiliki kesempatan untuk upgrade konsol juga bisa melanjutkan petualangan Kratos dan Atreus di dunia mitologi Nordik. Baru-baru ini beredar video seorang reviewer game yang menunjukkan bagaimana konsol last gen miliknya tersebut bekerja saat memainkan God of War Raganarok. PS4 tersebut bersuara nyaring layaknya mesin jet.

God of War Ragnarok PS4 Bisa Berjalan Lancar, Namun dengan Suara Konsol yang Berisik

Video itu dipublikasi oleh GameSpot lewat akun Twitter resmi dimana mereka mencoba review copy dari God of War Ragnarok di PlayStation 4 Fat. Sistem udara dari PS4 tersebut bersuara nyaring dan berada dalam performa puncaknya untuk menjalankan game itu. GameSpot memberikan pernyataan hiperbola bahwa PS4 bersuara seperti mesin jet saat menjalankan God of War Raganarok.

Baca Juga :
Jual Saldo Paypal
Jual Beli Saldo Paypal
Saldo Paypal Terpercaya

Melihat video tersebut, IGN yang juga menerima review copy melakukan eksperimen pada konsol last-gen mereka dan mengalami hal serupa. IGN klaim bahwa tidak ada penurunan performa saat suara ‘mesin jet’ tersebut mulai terdengar dari PS4 mereka. Meskipun ada frame drop minor pada beberapa scene, namun hal tersebut masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan bermain sama sekali. Masih belum ada penjelasan teknis apakah suara tersebut bisa mempengaruhi kesehatan PS4 kita.

Disisi lain, PS4 sudah melakukan tugasnya dengan baik dan bahkan bisa menjalankan game next-gen tanpa ada isu performa yang menganggu. Ini bukti bahwa PS4 masih sanggup menelan beberapa game next-gen selama kualitas grafisnya diturunkan tentunya. Mungkin kedepannya bisa dijadikan referensi oleh publisher dan developer agar menyelipkan versi PS4 dari game mereka agar umur konsol last-gen dari Sony ini sedikit lebih panjang.

God of War Ragnarok Sudah Bisa di Download, Siap Dimainkan Minggu Depan

God of War Ragnarok sudah bisa kamu download terlebih di PlayStation 4 dan PlayStation 5 dan game tersebut dibuka pada tanggal 9 November mendatang. Gamers yang sudah melakukan pre-order hanya tinggal menekan tombol play dihari perilisan tersebut untuk bermain.

Baca juga :
Jasa Pbn Premium
Jasa Pbn Berkualitas
Jasa Pbn

Untuk ukuran, entah kenapa Ragnarok membengkak di PS4 yang memakan space 106 GB. Sementara untuk PS5 hanya berukuran 84GB. Pastinya, gamers yang sudah membeli pre-order bisa download terlebih dahulu game yang sudah menyentuh ukuran 3 digit tersebut.